Budaya yang diciptakan dari sebuah Vans dan Identitas yang ada pada VansHead

Author : nabil abdurrahman
Pada kesempatan kali ini saya ingin mengangkat sebuah tulisan yang membahas konteks kehadiran sebuah Vans dan budaya yang ia ciptakan. Sebelum itu saya ingin mengungkit sedikit soal Vans itu sendiri dan sejarah singkatnya. Sepatu ini dapat saya kategorikan sebagai sebuah karya yang cantik nan anggun. Apabila diibaratkan dengan majas Hiperbola, saya menganalogikan sepatu ini sebagai sebuah lukisan masterpiece yang patut di pajang di Museum, karena saya pribadi memang sangat – sangat ngefans dengan Vans. “I am A fans to The Vans”. Dimulai sejak tahun 60an, dengan seorang jenius bernama Paul Van Doren. Beliau bersama ketiga rekannya merupakan pemilik dari sebuah perusahaan sepatu yang dikenal dengan nama Van Doren Rubber. Perusahaan ini memiliki jati dirinya yang unik pada masa itu karena mereka adalah perusahaan sepatu yang menjual produk mereka langsung setelah dibuat dari pabrik “Fresh From the Oven”.

          Anak dari Paul yaitu Steve Van Doren menyatakan kepada publik media bahwa kesuksesan dari perusahaan ayahnya merupakan hal yang tidak disangka. Kesuksesan tersebut berawal pada saat salah satu rekan dari Paul melihat potensi dari hasil desain sepatu yang dibuat oleh sekumpulan anak – anak SMA. Kemudian mereka menggunakan desain tersebut dan pertama kalinya ditampilkan pada sebuah film sebagai properti yang berjudul Fast Time at Ridgemont High yang dibintangi oleh aktor terkenal pada masanya, Sean Penn. Selain itu jati diri dari sebuah Vans juga mulai tercipta pada saat Vans digunakan oleh para pesohor dunia. Mereka bukan sekedar orang – orang biasa, melainkan band terkenal pada saat itu seperti Iron Maiden, Foo Fighter merupakan beberapa nama band yang personilnya menggunakan sepatu Vans. Karena faktor tersebut, nama Vans pun ikut melejit dikarenakan pemasaran yang tidak disengaja mereka peroleh dari band – band tersebut. Secara tidak sadar, efek pemasaran secara tidak langsung tersebut membuat para penggemar – penggemar mereka ingin mengikuti gaya yang dipakai oleh idolanya. Sehingga Vans membuat sebuah identitas yang unik pada era sepatu tersebut diluncurkan. Anak band atau mereka yang merupakan penggemar musik rock menganggap bahwa Vans adalah identitas atau jati diri mereka, sepatu tersebut dapat menciptakan persepsi dan nilai mereka dihadapan masyarakat.



Vans memang mulai membangun sebuah budaya yang unik pada saat era musik rock yang hits saat itu, tetapi budaya yang paling melekat ada dalam diri sebuah Vans adalah budaya Skateboarding. Penggemar atau penggiat olahraga skateboarding merupakan budaya yang diibaratkan membuat paten terhadap Vans. Fenomena skaters pada era 80an merupakan era yang membawa nama Vans lebih dikenal oleh dunia. Pasalnya para skaters ini memiliki peran dalam memperkenalkan budaya skateboarding yang berkolaborasi dengan Vans untuk menampilkan dan menunjukan jati diri mereka. Vans sendiri mempunyai lini masa sejarah yang cukup panjang apabila dikaitkan dengan skateboarding. Awalnya Vans bermula dari daerah California Selatan pada kisaran tahun 1970an. Kemudian berselang 5 tahun kemudian pada tahun 1975 dibuat sebuah sepatu vans yang dikenal dengan model vans #95 yaitu Era. Setelah masa pembuatan sepatu Vans model itu, maka dimulailah era vans. Model tersebut dibuat dan didesain oleh salah seorang legenda skateboard terkenal dunia yaitu Tony Alva bersama Stacy Perallta. Vans era tersebut mulai membangun sebuah fenomena di kancah sepatu yang menyebar pada akhir 70an, dimana Vans mulai mengenalkan dan menyebarkan fenomena tersebut dengan membuka gerai sepatu di 70 titik di kota California.
          Fenomena dari Vans sendiri pun tidak hanya berhenti di California saja, melainkan di beberapa penjuru dunia. Salah satu negara yang ikut serta dalam merasakan hype dari fenomena Vans itu sendiri adalah Indonesia. Vans mulai menyebarkan ekspansi manufaktur mereka ke seluruh penjuru dunia, yang ditujukan untuk para anak – anak muda supaya bisa merasakan nilai yang dibawa dan diciptakan oleh Vans yang juga dirasakan oleh para penikmat mereka di California. Berbeda dengan California yang memiliki sudut pandang bahwa Vans identik dengan skaters.  Menurut opini saya pribadi, di Indonesia Vans memiliki beragam nilai dan makna yang bergantung  kepada pihak yang menggunakannya. Apabila diibaratkan Vans akan mengikuti dan beradaptasi dengan jati diri orang yang memakainnya, kemudian orang yang menggunakan vans akan memiliki nilai tersendiri di mata masyarakat. Remaja penikmat band beraliran rock, indie, punk, penggemar olahraga seperti bmx, sampai dengan skaters itu sendiri adalah beragam nilai dan identitas yang diciptakan oleh sepatu Vans di Indonesia. Karena fenomena Vans di Indonesia sangat kentara efeknya, sehingga orang – orang yang menyukai Vans  memiliki sebutannya sendiri yaitu VansHead Indonesia. Toko resmi dari Vans di Indonesia dibuka sejak tahun 2013. Sebelum ada gerai resmi tersebut, para VansHead tentunya cukup kesulitan mencari produk Vans asli, beberapa harus mengeluarkan kocek yang tidak sedikit karena harus mengimpor sepatu tersebut dari luar negeri. Sehingga dulu VansHead memiliki prestise tersendiri karena mereka yang memiliki Vans asli tentunya bisa berbangga hati karena Vans saat itu masih sulit didapatkan.
Dengan berbagai macam penggunanya, Vans tentunya beradaptasi dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Hingga saat ini Vans pun sudah memiliki beberapa model yang bisa dijadikan referensi bagi mereka yang memiliki tujuan yang berbeda – beda dalam menggunakan sepatu Vans. Mulai dari model Authentic, Ski – H8, Half Cab, Era  hingga slip on merupakan beberapa jenis model yang dikeluarkan oleh Vans untuk mengimbangi kebutuhan para penggunanya. Namun beberapa bulan lalu mungkin masyarakat Indonesia, terutama para VansHead sedang berduka dan gundah gelana. Bukan karena ada seseorang yang meninggalkan dunia ini, hanya saja Vans sedang dalam masa krisisnya di Indonesia. Dikabarkan di beberapa media berita bahwa Vans pernah mengalami penarikan peredaran di Indonesia, beberapa gerai resmi sepatu Vans sempat ditutup.



Kabar tersebut memang benar terjadi. PT Gagan Indonesia yang merupakan distributor resmi dari Vans Indonesia pada tanggal 23 mei 2017 lalu telah dinyatakan pailit atau bangkrut karena tidak bisa melunasi hutang mereka kepada para krediturnya. Hal tersebut dinyatakan oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, setelah dinyatakan gagal berdamai dengan para krediturnya dalam proses penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Namun ironisnya setelah tersiar kabar bahwa gerai vans di Indonesia tutup, produsen sepatu Vans KW semakin meraup keuntungan yang banyak dan memanfaatkan momentum ini. Memang miris kondisi ini, karena Indonesia saat ini masih diakui oleh perdagangan Internasional menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang belum optimal dan dewasa dalam hal perekonomian dunia. Pasalnya pasar di Indonesia saat ini masih memperoleh citra buruk di mata pasar dunia karena ulah para produsen – produsen pembuat barang bajakan tersebut.


    Tetapi baru – baru ini kesedihan dan kegundahan hati para VansHead kembali bahagia seperti semula. Pasalnya dikutip dari sosial media instagram Vans Indonesia https://www.instagram.com/vans.indo/ bahwa mereka telah kembali membuka kembali gerai resmi Vans di beberapa kota di Indonesia. Beberapa kota yang telah resmi dikonfirmasi oleh pihak Vans Indonesia adalah Grand Indonesia (Jakarta),  Tunjungan Plaza (Surabaya), Plaza Ambarrukmo (Yogyakarta), Summarecon Mall (Bekasi), Kota Kasablanka (Jakarta), Paris Van Java (Bandung), Mal Pannakkukang (Makassar), dan Centre Point (Medan). Pada akhirnya para VansHead bisa kembali menemukan dan membentuk identitas dan jati diri mereka kembali dengan Vans. Semoga saja Vans tetap bisa bertahan untuk memberikan Identitas – identitas khas Vans kepada masyarakat Indonesia.

Referensi :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Desain Logo Donut (Dimas Dwin)

Impian mereka dimulai dari Lego (Penulisan Copy Writting pada Iklan Lego)

Desain Poster Makanan tradisional Khas Indonesia : Rempeyek